JAKARTA - Sebagian besar orang mungkin biasa mendengar
sate kelinci. Tapi, pernahkah Anda mendengar nugget kelinci? Saat ini
sudah ada orang yang terpikir untuk mengembangkannya.
Adalah
Nuning, wanita berusia 44 tahun, yang secara tidak sengaja mengawali
bisnis nugget ini. "Awalnya saya melihat di sepanjang jalan raya Puncak
itu banyak yang menjual makanan dari kelinci, seperti sate kelinci.
Lama-lama saya terpikir, produk apa yang belum diolah dari daging
kelinci," kisahnya.
Berbekal rasa ingin tahu itu lah, Nuning
memulai bisnis nugget kelincinya. Dikisahkannya, untuk membuat nugget
kelinci itu tidaklah sulit. "Semuanya saya kerjakan secara manual. Saya
olah sendiri, belum dibuat secara massal dengan mesin," katanya, saat
ditemui okezone, di JCC, Senayan, Jakarta, kemarin.
Dengan
cara tersebut, kata Nuning, dirinya bermaksud menekan biaya
operasional, dalam hal ini yaitu upah tenaga kerja. "Lagipula, saya saat
ini masih menunggu ijin produk nugget saya dikeluarkan oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Kalau sudah keluar nanti, barulah
saya berani berproduksi secara massal," katanya.
Lebih lanjut
Nuning mengatakan, produk nuggetnya tersebut tidak hanya dipasarkan di
Jakarta dan sekitarnya, tapi juga ke sejumlah daerah, seperti
Yogyakarta, Malang, dan Ambarawa. "Untuk sekali angkut, jumlahnya bisa
mencapai 100 kemasan per daerah. Dengan harga per kemasannya Rp20 ribu,"
urainya.
Kendati demikian, dia mengakui untuk mengembangkan
usahanya ini tidaklah mudah, terutama karena selama ini kelinci identik
sebagai hewan peliharaan.
"Terkadang saya mengalami kesulitan
dalam meyakinkan calon konsumen untuk membeli produk nugget saya.
Karena, mereka umumnya merasa kasihan dengan kelinci yang dijadikan
nugget tersebut. Kan selama ini mereka mengenal kelinci sebagai hewan
peliharaan atau hiasan, bukan untuk dikonsumsi," ujar ibu dua anak ini.
Namun
dia pun tak merasa kecil hati dengan anggapan kebanyakan orang
tersebut. Dia pun menganggap hal tersebut sebagai pemicu untuk lebih
bisa meyakinkan orang lain untuk mencoba produknya. "Saya sering bawa
contoh nugget yang sudah digoreng, agar calon pembeli teryakinkan,"
ujarnya.
Peternakan Kelinci
Ide
pengembangan bisnis nugget ini, menurut Nuning sebenarnya tidak terlepas
dari peternakan kelinci yang mulai dirintisnya sejak dua tahun lalu.
Saat ini jumlah kelinci yang ada di peternakan itu sudah mencapai 1.000
ekor, terdiri dari kelinci hias dan kelinci pedaging.
Padahal,
pada awal dia merintis usaha ini, jumlah kelinci yang dimilikinya hanya
empat ekor. "Awal mula saya memulai bisnis kelinci ini karena saya suka
kelinci. Modal awal saya dulu cuma Rp1 juta," kenangnya.
Oleh
karena kelinci-kelinci itu berkembang biak, bahkan hingga 75 ekor anak
kelinci, dia akhirnya memutuskan untuk memindahkan sebagian
kelinci-kelinci tersebut ke lahan kosong miliknya di Cisarua, Bogor.
"Ketika
belum lama sejak saya pindahkan ke Cisarua, ternyata ada orang yang
meminta saya untuk menyediakan kelinci sebanyak 100 ekor. Dari situlah
saya mulai terpikir untuk menjalankan bisnis kelinci ini," katanya.
Dari
bisnis kelinci tersebut, kini dia mampu meraup omzet Rp50 juta per
bulan dengan marjin 20 persen per bulan. Untuk harga kelinci, dia
mematok harga yang bervariasi. Induk kelinci hias dihargainya mencapai
Rp1,5 juta per ekor, sedangkan anak kelinci hias dihargai Rp200 ribu
hingga Rp250 ribu per ekor. Sementara, untuk induk kelinci pedaging
dihargainya Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per ekor, sedangkan anak
kelinci pedaging dihargai Rp30 ribu per ekor.
"Dalam sebulan saya
bisa menjual 150 ekor kelinci. Saya jual ke pengepul untuk
didistribusikan lagi ke penjual sate, bahkan ke tempat wisata, seperti
Taman Safari," paparnya.
Tidak hanya itu, menurut Nuning, semua
bagian dari kelinci itu bisa diolah kembali. Misalnya, kotoran kelinci,
yang dia jadikan sebagai pupuk. Selain itu, kulit kelinci, yang dia olah
menjadi kerupuk kulit. "Jadi tidak ada yang tersisa dari seekor
kelinci, semua bisa mendatangkan uang," katanya.
Ditambahkannya,
hingga saat ini, dia telah mempekerjakan 10 orang karyawan di peternakan
kelincinya di Cisarua yang luasnya mencapai 2.000 meter persegi.
Dari
kisah suksesnya merintis bisnis kelinci ini, dia pun berpesan agar para
pemula bisnis ini menjalankan secara total. "Yang penting niat, jangan
setengah-setengah, dan harus ikhlas," tandasnya. (ade)
Sumber: ekonomi.okezine.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar