Kontes Ternak, Peserta Rata-rata Merupakan Hasil Inseminasi Buatan
Bupati Banyuwangi |
Prospek pengembangan peternakan sapi di Banyuwangi, tutur Wabup, daya tampung lahannya masih luas, namun kurang termanfaatkan dengan maksimal.Selain ternak harus ditingkatkan produksi dan produktifitasnya, lahan yang berperan sebagai ekologi pendukung pakan juga harus diperhatikan, disamping penggunaan teknologi sebagai satu rekayasa genetika demi mencapai hasil yang diinginkan.
Wabup Yusuf memberikan penekanan pada pengembangan usaha peternakan, apalagi mengingat trend daya beli masyarakat terus meningkat. Salah satu jawabannya adalah melalui program inseminasi buatan (IB) atau dikenal dengan kawin suntik. “Peningkatan mutu genetik ternak lewat IB adalah upaya tepat untuk meningkatkan produksi per satuan unit ternak. Peternak juga diuntungkan karena nilai jual ternaknya akan meningkat,”bebernya. Malah, lanjutnya, peserta kontes ini sebagian besar adalah hasil inseminasi buatan.
Melihat begitu pentingnya IB bagi peternak, tak heran jika dalam kontes itu juga diwarnai dengan demo IB dengan metode straw sexing pada sapi. Wabup Yusuf juga tak mau ketinggalan. Dengan dipandu seorang dokter hewan, orang nomor dua di Banyuwangi itu juga ikut melakukan IB pada salah satu sapi. “Saya beri nama calon bayi sapi ini dengan Arjuna,”selorohnya.
Dari 24 kecamatan yang mengikuti kontes, masing-masing mempertontonkan sapinya di hadapan audiens dengan cara unik, yaitu fashion show dengan sapi sebagai pesertanya. Tak hanya sapi pedaging, tapi juga sapi perah. Seluruh sapi yang ikut, memiliki bobot tubuh yang besar dan sehat. Dan tiap-tiap kecamatan punya potensi pakan yang khas yang baik bagi ternaknya. Misalnya, Kecamatan Purwoharjo yang kini memanfaatkan limbah tanaman buah naga yang berduri untuk pakan ternaknya.
Dijelaskan oleh Kepala Dinas Peternakan Banyuwangi, Heru Santoso, produksi buah naga di Purwoharjo dengan luas lahan 670 hektar bisa menghasilkan 48 ton buah naga. “Berarti limbah yang dihasilkan sebanyak 32. 160 ton. Itu setara dengan pemberian makan 2000 sapi selama 2 tahun,”tandas Heru. Sebagai pakan alternatif, limbah buah naga yang mendapat perlakuan khusus, yakni dihilangkan duri-durinya dan dipotong-potong, mampu menghasilkan susu yang berkualitas baik. Namun tak kalah dengan Purwoharjo, kecamatan lain juga punya potensi pakan dalam bentuk lain untuk sapinya. Seperti limbah tahu dan tempe serta beragam hijauan (sorgum, rumput).
Kontes yang penilaiannya dilakukan oleh tim juri dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair), FKH Universitas Brawijaya, dan Balai Benih Inseminasi Buatan Singosari-Malang ini memperebutkan hadiah uang tunai total senilai Rp 86 juta berikut trophy dan piagam. Bagi juara umum juga berhak mendapatkan piala bergilir. Diantara seluruh peserta, Kecamatan Rogojampilah yang berjaya mendapatkan piala bergilir, sebab 4 hewan ternaknya muncul sebagai jawara. (Humas & Protokol)
Sumber banyuwangikab.go.id